Belum semua ayah terlibat dalam mengurus anak-anaknya.
Tidak hanya di Indonesia, peran ayah dalam keluarga pun menjadi isu penting di China. Di sana para ayah untuk bekerja saja (belum dengan kegiatan sosial atau menjalankan hobi) meninggalkan rumah pukul 7 pagi baru sampai di rumah pukul 23. Qi Dahui, seorang ahli pengasuhan dan pendidikan keluarga dan presiden PKU College Education Research Institute, mengatakan
“Kurangnya sosok pria dalam pendidikan keluarga telah menjadi faktor penting dalam masalah memburuknya alienasi jenis kelamin anak, terutama pada keluarga yang memiliki anak laki-laki.”
Dahui merujuk pada masalah yang banyak dibahas dalam masyarakat tentang kelemahan dan kurangnya tingkat maskulinitas pada anak laki-laki dan pria muda di China karena hanya dibesarkan oleh ibunya dan kurangnya panutan pria dalam keluarganya. (artikel Detik Health Senin, 18/06/2012 15:02 WIB)
Kombinasi didikan ibu dan ayah sangat bermanfaat bagi anak. Kaum pria dalam mendidik memiliki ciri-ciri lebih condong kepada kemandirian, maka dia akan mendidik anaknya untuk mandiri. Sering ayah tidak mau mewakili anaknya untuk memborong pekerjaan, melainkan memberi semangat kepada anaknya untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, maka kadar untuk memanjakan anak agak sedikit. Sedangkan ibu lebih banyak memborong semua pekerjaan, misalnya tak mau anaknya ikut-ikutan mencuci piring, baik alasannya kasihan takut anak terlalu lelah, atau malah tak mau di repotkan karena dapur jadi becek.
Ibu tak senang bila anak belepotan lumpur, tapi ayah tak keberatan. Sebenarnya ini baik sebab jika manusia ini terlalu bersih, jarang sekali ber-sentuhan dengan kuman dan virus, dalam tubuhnya tidak bisa timbul antibodi, sekali terserang oleh kuman segera akan jatuh sakit.
Bila anak terjatuh, padahal tidak menangis, ibu bergegas datang menghampiri memapahnya berdiri sambil menepuk-nepuk tanah dan mengusap-usap bagian yang terjatuh, mengusap keluar air mata sang anak dengan paksaan. Sedangkan ayah hanya berkata, “Hati-hati, ayo berdiri lagi, anak hebat pasti bisa.”
Dalam masyarakat kita masih banyak ayah yang beranggapan berinteraksi dengan anak secara intens adalah urusan ibu, ia harus terlihat kuat berwibawa. Kadang anak yang ingin bermain dengan ayah atau bertanya yang agak mendetail di anggap mengganggu waktu istirahat atau cerewet, padahal saat itu ayah hanya sedang sibuk dengan laptop atau gadgetnya. Akibatnya menimbulkan jarak emosional dengan anaknya
Bantu Dia Meneladani Rasul
Untuk membantu suami bersikap hangat pada anak, ibu bisa membekali diri tentang pengetahuan dari hal-hal yang telah di lakukan Rasul terhadap anak.
- Dari Abu Hurairah suatu hari Al Aqra bin Haris melihat Rasulullah saw sedang mencium al Hasan. Al Aqra berkata ia punya 10 anak tapi belum pernah mencium satu pun dari mereka. Rasul bersabda : siapa yang tidak menyayangi , dia tidak di sayang ( Hr. Tirmidzi)
- Suatu kali Rasulullah di datangi penduduk desa yang tidak suka mencium anak-anaknya. Rasul bersabda: Tiada kuasa aku (menolong kamu) jika Allah telah mencabut sifat belas kasih dari hatimu. (HR. Bukhari)
- Anas bin Malik berkata tak ada orang yang paling sayang pada keluarganya melebih Rasulullah saw. Suatu hari beliau pernah menjulurkan lidahnya hanya untuk menggoda Hasan sebagai wujud kasih sayangnya.
- Al Haitsami dalam majma’uz Zawa’id dari Abu laila. Ia berkata: Aku sedang berada dekat Rasulullah, saat itu aku melihat Hasan dan Husein di bopong beliau. Salah satu anak itu pipis di dada dan perut beliau. Airnya mengucur, aku dekati Rasul. Rasul bersabda:” Biarkan kedua anakku jangan kau ganggu mereka, sampai ia selesai melepaskan hajatnya.” Lalu Rasul membawakan air.
- Kadang rasul ketika melihat cucunya sedang bermain di jalan bersama teman-temannya, beliau membentangkan tangan hendak memeluk dan cucunya berlarian ke sana kemari.
- Dari Anas bin Malik RA berkata: Sungguh Rasul bersabda kepadanya “Wahai pemilik dua telinga” selanjutnya Mahmud menjelaskan bahwa Abu Usamah berkata: maksudnya bersenda gurau. ( HR Tirmidzi)
- Ketika burung kecil peliharaan adik Anas bin Malik mati. Rasul menghiburnya, menyebutnya dengan panggilan orang tua.
Kadang Rasul memercikkan air ke muka salah seorang anak-anak dengan maksud bergurau.
Ayah Hangat, Anak Cerdas
Pernah bertemu dengan orang yang super sensitive, hati-hati mungkin karena pengalaman masa lalu. Keterlibatan ayah berinteraksi dengan anak memberi nilai positif pada berbagai perkembangan jiwa dan kesehatan anak. Beberapa penelitian menyebutkan hal tsb.
- Perkembangan kognitif. Secara jangka panjang, anak yang dibesarkan dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan memiliki prestasi akademik serta ekonomi yang baik, kesuksesan dalam karir, pencapaian pendidikan terbaik dan kesejahteraan psikologis (Flouri, 2005)
- Kesejahteraan psikologis .Secara keseluruhan kehangatan yang ditunjukkan oleh ayah akan berpengaruh besar bagi kesehatan dan kesejahteraan psikologis anak, dan meminimalkan masalah perilaku yang terjadi pada anak (Rohner & Veneziano, 2001).
- Membantu perkembangan sosial. Kehangatan, bimbingan serta pengasuhan yang diberikan oleh ayah memprediksi kematangan moral, yang diasosiasikan dengan perilaku prososial dan perilaku positif yang dilakukan baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki (Mosely & Thompson, 1995).
- Meningkatkan kesehatan fisik. Suami yang memberikan dukungan emosional kepada istri yang hamil, mengakibatkan terjadinya kondisi kehamilan prima dan proses persalinan normal serta anak yang sehat (Teitler, 2001). Horn dan Sylvester (2002) menyatakan anak-anak yang tidak tinggal bersama ayah, sebagian besar mengalami masalah kesehatan.
- Ayah yang terlibat dalam pengasuhan, lebih matang secara sosial (Pleck,1997), merasa lebih puas dengan kehidupan mereka(Eggebean & Knoester,2001),
- Mampu memahami diri dan berempati dengan orang lain, serta mengelola emosi dengan baik (Heath, 1994).
- Keterlibatan ini akan menciptakan kekerabatan, serta interaksi yang erat dalam keluarga besar (Knoester & Eggebean, 2006).
- Kondisi ini juga turut berperan bagi partisipasi positif yang diberikan ayah dalam pekerjaan, sehingga mampu meningkatkan kondisi perekonomian keluarga (Lerman & Sorensen, 2000).
- Ayah yang terlibat dalam pengasuhan, akan memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan perkawinan. Kestabilan dalam perkawinan, akan memunculkan perasaan bahagia walaupun perkawinan tersebut telah dijalani hingga dua puluh tahun (Snarey, 1993).
Beragam hal bisa di lakukan ibu untuk mendekatkan ayah pada anaknya dan membuatnya bersikap hangat. Berikut ini hanya beberapa ide yang mungkin bisa di terapkan:
- Laporkan semua tingkah polah anak pada hari itu, tentu dengan melihat kondisi ayah yang telah siap , misalnya ayah sudah mandi atau saat ibu sedang melayani makan, tentu ibu yang paling tahu kapan saat yang paling tepat, karena tiap orang bisa berbeda moodnya. Tak peduli ibu mungkin terlihat cerewet, atau ayah kelihatan acuh dengan matanya menatap Koran atau gadgetnya ketika ibu bicara, paling tidak ayah jadi ikut menghayati apa yang terjadi pada anaknya.
- Katakan anak-anak rindu padanya, memanggil-manggil dan mencari-cari ayah siang tadi. Katakan betapa anak sangat sayang pada ayahnya.
- Meminta ayah mengantar anak ke sekolah, momen ini bisa di gunakan untuk mengobrolkan keadaan anak, muraja’ah hafalan, atau sekadar bercanda yang mengakrabkan. Tapi ada kalanya anak malu di antar ke sekolah, dan mengaku pada temannya bahwa ia di antar sopir atau ojek hanya karena ayah tidak memperhatikan pakaiannya.
- Memberi kesempatan anak untuk menelepon ayahnya di siang hari saat ayah sedang di kantor. Atau sms ayah untuk sekadar “say hi” pertelepon untuk anaknya di siang hari.
- Biarkan ayah punya kesempatan beraktivitas dengan anak-anak, misal masak bersama (walaupun dapur jadi lebih kotor dari biasanya). Membersihkan halaman bersama (dengarkan betapa cerewetnya ayah ketika menyuruh-nyuruh anaknya).
- Sekalipun ayah hanya punya waktu sedikit mintalah ia merencanakan waktunya untuk dekat dengan anak lewat canda, bercengkerama dan ciuman yang penuh kasih.
- Bila anak masih balita, mintalah anak agar ayah yang menceritakan buku kesukaannya walaupun setelah itu mungkin ayah akan bergegas untuk rapat urusan partai/sosial. Bila sudah agak besar sarankan ayah untuk mereferensikan buku-buku yang bagus untuk anaknya, mereka bisa membaca bersama sebentar, kemudian anak meneruskan membaca sendiri
- Jangan biarkan ayah terlalu sering memberi nasihat. Rasulullah kadang menunda nasihat agar pendengarnya tidak jemu.
- Jangan terlalu banyak mencela, Imam Ghazali dalam ihya ulumuddin berkata: jangan ayah sering mencela anaknya/ karena keseringan mendengar cela menjadi biasa/menumpulkan hati dari nasihat yang mulia/ wahai ayah… jagalah kharisma nasihat dan kata/ berilah cela kepada anak sewaktu –waktu saja.
0 komentar:
Posting Komentar