Rabu, 11 Desember 2013
Kesalahan Istri Yang Terkadang Dilakukan Kepada Suami
Berikut ini adalah ungkapan nyata dari seorang lelaki yang menginginkan bahwasannya wanitanya atau Istrinya tidak berlaku seperti yang akan di ungkapkan di bawah ini, terhadap suaminya. Kalo kemarin-kemarin postingan aku tentang sudut pandang wanitanya doang, nah sekarang biar lebih komprehensif dan berimbang, serta menumbuhkan adab saling menghormati dan menghargai dalam menyikapi perbedaan antara lelaki dan wanita. Beuuuh bahasanya berat berat beraaaat *gayalah
Sharing aku kali ini, tentang obrolan antar gender kala itu, eh bukan obrolan sih lebih tepatnya sharing session dan aku sebagai pendengar mencoba menyimpulkan lewat tulisan. Maaf ya temans ungkapan lelakinya ini aku gambarin secara garis besarnya aja, selebihnya aku jabarin menurut pengertianku, jadi kalo ada kalimat yang keserimpet silahkan di artikan sendiri yaaa :D
Mungkin dari kita sendiri sebagai wanita banyak yang gak nyadar apa sih yang di mau para suami, atau apa sih yang harus dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang sadar ataupun khilaf (semoga ga banyak khilafnya yaaaa) bisa kita lakukan kepada suami, jadi kita nih yang para wanitanya kudu nyimak nih!! Anyook yang kepo, yang kepo kayak akyu yuuk di simak seperti apa sih ungkapan isi hati nya ????
1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, kebanyakan wanita tuh ngebayangin pernikahan yang begitu indah, ala-ala sinetron dan novel cinta-cintaan, kehidupan yang sangat romantis, penuh suka cita, tak ada airmata kesedihan. Padahal aslinya gak gitu..
Kalo kita memiliki gambaran yang terlalu ideal, maka jangan kaget kalo mendapatkan kehidupan pernikahannya gak se ideal yang dibayangkan, terus mau nyerah aja jalan masing-masing. Karena nantinya problematika pernikahan tuh selalu datang menghampiri seiring dengan perjalanan pernikahan kita. Misalnya : Masalah kedua keluarga yang harus jadi masalah bersama, belum lagi masalah finasial, dan ego 2 kepala, perbedaan budaya yang mau gak mau ada dampaknya buat kehidupan sehari-hari, karena seperti apa ia dibesarkan dalam keluarganya belum tentu sama dengan ajaran yang kita dapatkan di keluarga kita.
Wanita yang belum siap hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enaknya aja dalam sebuah pernikahan. Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang dulu ia impikan.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, lengkap dengan pengetahuan romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
Bersyukur bagi saudariku yang sudah pernah mengikuti Seminar Pra Nikah sebelum pernikahan yang sebenarnya terlaksana, setidaknya menurut pengalaman aku pribadi, setelah beberapa kali ikut seminar pra nikah, banyak ibroh dan pembelajaran yang diberikan para narasumber yang menjadikan kita mempunyai gambaran apa yang harus dilakukan ketika problematika rumah tangga datang menghampiri tanpa di undang pada kehidupan pernikahan. Paling tidak kita sudah dibekali ilmu dan kisah-kisah yang memotivasi guna mempersiapkan bekal yang harus dimiliki sebelum perahu pernikahan siap untuk di jalankan di samudra kehidupaan. Cieeeh sebelum melebarkan layar, alangkah baiknya cari nahkodanya dulu #NoteToMySelf :')
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Istri yang shalihah akan senantiasa taat kepada suami, selama perintah suami tidak melanggar syari'at maka kita wajib mentaatinya, dalam situasi apapun. Senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Noted nih temans, jadi istri itu ga boleh monopli suami (bukan mainan monopoli yaaa :) ) yang maunya seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah sama kita dan keluarga kita. Gak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya. Nih bayangin ya, kalo suatu saat kita jadi ibu, yang udah merawat, mendidik dan menjaga dari dalam kandungan sampe kemudian anak lelaki kita menikah, terus kemudian dia melupakan kita sebagai ibunya hanya karena istri yang baru di kenalnya selama beberapa bulan/tahun, gimana perasaan kita?? Nah kalo mau monopoli suami pikirin tuh gimana rasanya kalo kita digituin sama anak kita sendiri, pasti perasaannya nano-nano, sedih campur kecewa :(
Cemburu terhadap ibu mertua adalah salah satu bentuk dari monopolistik, menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Jangan pernah menghina dan melecehkan orang tua suami, mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, memfitnah keluarga suami, apapun keadaanya, apalagi berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya.
Ada loh seorang istri yang menuntut suaminya supaya lebih menyukai keluarga istrinya, terus dia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara, sekali lagi pengalaman orang lain yang buruk-buruk kita ambil hikmahnya aja supaya gak kejadian sama kita.
Beberapa temen yang udah nikah duluan baik dari sisi pria ataupun wanita berpesan, untuk menghindari atau meminimalisir kesalah-pahaman dengan mertua, mending jangan tinggal serumah dengan mertua, sebenernya saran ini ada baiknya juga kalo kata ustadz Hepi Andi Bastoni dalam bukunya "Menikah Full Barakah", itu adalah untuk melatih kita pasangan yang baru menikah agar suami istri belajar mandiri, menjaga agar tidak ada intervensi dari mertua, dan menjaga hubungan harmonis dengan mertua, eeeittss bukan berarti kalo tinggal dengan mertua jadi gak harmonis ya hubungannya, nah kalo yang ini perlu dibicarain baik-baik dengan mertua dan suami, karena mungkin saja beliau akan salah faham dengan maksud kita, menganggap kita ingin menjauhkan orang tua dengan anak lelakinya, kalo kita gak mampu menenangkan hati mertua biarkan suami berbicara dari hati ke hati dengan ibunya.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami. Kalo suami makin sayang seneng apa seneng ahahaay ^_~
4. Tidak menjaga penampilan
Kita nih suka tampil All out, dandan dan tampil wangi kalo mau hangout sama temen, ngemall, mau kondangan, ataupun cuma pergi bekerja sehari-hari, atau ketika ada acara diluar rumah. Padahal harusnya kita berdandan untuk suami di rumah, jangan kebalikannya kalo keluar bau wangi, dirumah bau dapur atau males mandi, kalo ada liat ibu-ibu tetangga kayak gini jangan ditiru ya temans.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami. Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tak jarang, seorang suami belum mampu memenuhi semua keinginan istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang diharapkan, hargai suami jika ia sudah melakukan usaha semaksimal yang ia mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jangan menjadi istri yang kufur nikmat, terhadap apa yang sudah suami beri. Katanya gini kalo kita gak mampu untuk membantu, jangan jadi penuntut berlebihan, setidaknya sabarnya seorang istri akan mendatangkan rizki yang tak terduga dan mendatangkan Rahmat Allah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Na'udzubillah !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Kok bisaa ???
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami.
Selain wanita gemar menggibah a.k.a tukang rumpi dan penggoda lelaki untuk melakukan maksiat, inilah salah satu penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, saling introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Tapi kalo kebalikannya, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada waktu untuk bertobat. Tapi kenapa mesti nanti? Kenapa mesti nunggu sakaratul maut? Bersegera dalam kebaikan jauh lebih baik daripada menundanya. Jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah kita ketahui.
Janganlah kita katakan besok dan besok, kejarlah ajalmu, bukankah kita tak pernah tau kapan kita akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami, janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan, komunikasikan apa yang kita rasakan. Bukan mengumbar aib nya kepada orang lain, karena pasangan suami istri ibarat sebuah pakaian yang saling melengkapi dan menutup aib masing-masing.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Sebaiknya hindari kesibukan diluar rumah, jika tidak berkenaan dengan pekerjaan yang merupakan tanggung jawab kita. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hal ini terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar bersama teman-temannya atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga, maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan wanita lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, ini yang namanya cemburu buta, udah pasti suami bakalan kesel dan jengkel kalo dicurigain yang gak beralasan. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Menurut beberapa lelaki malah tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya. Kecuali kalo emang suaminya yang kegenitan ini lain soal. Tapi baiknya kita harus tetep berhusnudzon sama suami, bukankah Allah itu maha mengikuti prasangka hambanya. Keep positif thinking ukhti....
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara yang gak etis. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogya nya bisa kita hindari agar suami semakin sayang sama istri.
Quote dari Ar-Rahman Pre Wedding Academy : Kalo Sholat itu ibadah sehari, Haji itu ibadah sebulan, maka Nikah adalah ibadah seumur hidup pernikahan, jadi wajib dan kudu tau ilmunyaaaaa.
Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, Warrohmah.
Aamiin…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kalau mertua ingin selalu bersama anaknya sedangkan saya ditinggal di rumah bagaimana? sampai suatu hari dalam waktu 24 dikurangi pekerjaan, waktu dengan saya hanya pas tidur saja. dan kadang suami tidak mau pulang karena berat dengan keinginan mertua saya. mohon diberikan solusi. karena saya sudah mencoba menjelaskan kepada suami dan mertua saya bahwa saya juga ingin di perhatikan bukan hanya dengan materi.
Posting Komentar