Kamis, 27 September 2012

When I Meet Mr. Right

Pacaran bertahun-tahun tidak akan menjamin bahwa dia adalah pria yang tepat untuk kita. Ada pasangan yang hanya butuh waktu 6 bulan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, tetapi ada juga yang perlu waktu bertahun-tahun untuk sampai ke pernikahan. Itu pun ada juga yang akhirnya bubaran.

Pada saat jatuh cinta (biasanya dalam 6 bulan pertama pacaran) logika seperti lumpuh, segala sesuatu terlihat indah, bahkan berbagai kekurangan pasangan malah terlihat lucu dan menggemaskan. Setelah masa itu selesai, cinta yang ada mulai bisa diajak bicara dengan logika, sehingga penilaian akan sebuah hubungan bisa lebih rasional. Barulah niatan untuk memutuskan sebuah pernikahan bisa diambil dengan segala pertimbangan.

Lalu, bagaimana cara mengetahui bahwa ia memang pria yang tepat?


Berikut pedoman yang bisa kita jadikan tolak ukur apakah dia memang Mr Right :

Jumat, 21 September 2012

Lihatlah Siapa Temanmu

Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628)
Wahai saudariku, demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan petunjuk kepada kita agar senantiasa memilih teman-teman yang shalih dan waspada dari teman-teman yang buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh dengan dua permisalan ini dalam rangka menjelaskan bahwa seorang teman yang shalih akan memberikan manfaat bagi kita di setiap saat kita bersamanya. Sebagaimana penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat bagi kita, berupa pemberian minyak wangi, atau minimal jika kita duduk bersamanya, kita akan mencium bau wangi.
Manfaat Berteman dengan Orang yang Shalih

Kamis, 13 September 2012

Everlasting In Love

Jika dua orang memang benar-benar saling menyayangi satu sama lain. Itu bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi 'hadiah' yg hebat utk orang-orang yg bersabar.

Sementara kalau waktunya belum tiba, sibukkanlah diri untuk terus menjadi lebih baik, memperindah Akhlak, melayakkan diri untuk mendapatkan yang terbaik, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa sayang itu semakin besar, atau semakin memudar, karena hati bicara.



Ini proses, karena cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja. Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut.

Tetapi apapun cara dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lain yg mengujinya. Yaitu kesementaraan.. Apakah cinta itu perasaan yang bersifat sementara ? Kabar buruknya ya. Jangan berdebat soal ini. Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu. Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting. Bagaimana caranya?

Kamis, 06 September 2012

Tidak Berlebihan Dalam Ibadah





Assalamu’alaikum..

Mengutip dari Kajian Dzuhur kemarin, ada dua topik menarik yang dibahas , semoga bermanfaat.

Tidak Berlebihan dalam Ibadah
Kajian Dzuhur kali ini disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi tentang Al iqtishadu fith tho'ah, atau tidak berlebihan dalam ibadah, bersumber dari Riyadush Shalihin dari Imam Nawawi.

Rujukan dari hal ini adalah dari Surat Thaha yang berarti “Tidaklah Al Qur'an diturunkan untuk menyusahkan”. Al Qur’an diturunkan untuk membahagiakan baik di Dunia maupun di Akhirat.