Semoga
kita dapat menjadi hamba yang bersyukur. Sungguh telah banyak nikmat
yang telah Allah anugerahkan. Dan semua kelak akan ditanya, benarkah
kita telah memanfaatkan nikmat tersebut dengan benar.
Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)” (QS. At Takatsur: 8).
Syaikh As Sa’di rahimahullah menerangkan,
Nikmat yang telah kalian peroleh di dunia, apakah benar kalian telah
mensyukurinya, disalurkan untuk melakukan hak Allah dan tidak disalurkan
untuk perbuatan maksiat? Jika kalian benar-benar bersyukur, maka kalian
kelak akan mendapatkan nikmat yang lebih mulia dan lebih afdhol.
Atau kalian malah tertipu dengan nikmat tersebut? Malah kalian tidak
mensyukurinya? Bahkan sungguh celaka, kalian malah memanfaatkan nikmat
tersebut dalam kemaksiatan.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ
أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ
بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke
neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang
baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang
dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan” (QS. Al Ahqaf: 20).
Demikian diterangkan dalam Taisir Al Karimir Rahman, hal. 933.
Di antara nikmat yang akan ditanyakan pada hamba di hari kiamat nanti adalah nikmat sehat. Dari Abu Hurairah, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَعْنِى الْعَبْدَ مِنَ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ
جِسْمَكَ وَنُرْوِيكَ مِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
“Sungguh nikmat yang akan ditanyakan pada hamba pertama kali pada
hari kiamat kelak adalah dengan pertanyaan: “Bukankah Kami telah
memberikan kesehatan pada badanmu dan telah memberikan padamu air yang
menyegarkan?” (HR. Tirmidzi no. 3358. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist ini shahih).
Di manakah nikmat sehat kita salurkan? Apakah untuk berfoya-foya di dunia? Ataukah dimanfaatkan untuk ketaatan?
Dan kebanyakan orang itu lalai dari nikmat sehat tersebut. Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412).
Nikmat sehat itulah yang dikatakan oleh Abu Darda’,
الصِّحَّةُ غِنى الجسد
“Sehat adalah ghina jasad (yaitu bentuk kecukupan yang ada pada badan
kita)”. (Kitabusy Syukr, hal. 102. Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal
Hikam, 2: 76).
Mengenai surat At Takatsur ayat 8, Ibnu ‘Abbas berkata,
النعيم : صحَّةُ الأبدان والأسماع والأبصار ، يسأَلُ الله
العبادَ : فيما استعملوها ؟ وهو أعلمُ بذلك منهم ، وهو قوله تعالى : {
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْؤُولاً } .
“Yang namanya nikmat adalah badan, pendengaran dan penglihatan yang
dalam keadaan sehat. Allah kelak akan menanyakan mengenai nikmat
tersebut untuk apakah dimanfaatkan?” Allah yang pasti mengetahui hal
itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al Isro’: 36). (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 77).
Wahab bin Munabbih berkata bahwa telah tertulis dalam hikmah keluarga Daud,
العافية المُلك الخفيُّ
“Sehat itu bagaikan kerajaan yang tersembunyi”. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 76).
Ibnu Mas’ud berkata,
النعيمُ : الأمنُ والصحة
“Termasuk nikmat adalah rasa aman dan sehat” (Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Hatim sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir. Dinukil dari Jaami’ul
‘Ulum wal Hikam, 2: 77).
Intinya sungguh banyak nikmat yang Allah beri, bukan hanya nikmat
sehat, namun sedikit yang mau merenungkannya. Padahal semua itu akan
dipertanyakan kelak dan dimintai pertanggungjawaban.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya” (QS. An Nahl: 18).
Bakr Al Mazini pernah berkata,
يا ابن آدم ، إنْ أردتَ أنْ تعلمَ قدرَ ما أنعمَ اللهُ عليك ، فغمِّضْ عينيك
“Wahai manusia, jika engkau ingin tahu kadar nikmat yang telah Allah peruntukkan bagimu, maka penjamkanlah matamu”
Dalam sebagian atsar disebutkan,
كم مِنْ نِعمَةٍ لله في عرقٍ ساكن
“Betapa banyak nikmat Allah yang terdapat dalam pembuluh darah kita” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 76).
Jarang yang mau merenungkan hal ini. Dikira nikmat hanyalah harta dan uang. Padahal kesehatan –sungguh- adalah nikmat berharga yang patut disyukuri dan masih ada nikmat lainnya.
Sebagaimana keterangan dari Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum (2: 82), bahkan nikmat itu ada dua macam, nikmat diniyyah (agama) dan nikmat duniawiyah.
Keadaan selamat, terhindar dari bahaya, kesehatan dan rizki adalah
nikmat duniawiyah. Sedangkan bersyukur dengan mengucapkan
‘Alhamdulillah’, itu pun nikmat. Nikmat duniawiyah dan diniyyah
sama-sama adalah nikmat dari Allah. Kata Ibnu Rajab dan ini yang patut
digarisbawahi,
لكن نعمة الله على عبده بهدايته لشكر نعمه بالحمد عليها أفضل
من نعمه الدنيوية على عبده ، فإنَّ النعم الدنيوية إنْ لم يقترن بها
الشُّكرُ
“Akan tetapi nikmat Allah pada hamba dengan memberi hidayah untuk
bersyukur terhadap nikmat dengan mengucapkan ‘alhamdulillah’ lebih
afdhol dari nikmat duniawiyah yang diberikan pada hamba. Karena nikmat
duniawiyah, jika tidak dikaitkan dengan syukur, maka itu malah jadi
musibah.”
Sebagaimana kata Ibnu Hazm,
كل نعمة لا تقرب من الله عز وجل، فهي بلية.
“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah”
(Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82)
Lalu perhatikan lagi perkataan Ibnu Rajab selanjutnya,
Jika Allah memberi taufik pada seorang hamba untuk bersyukur atas
nikmat duniawiyah dengan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ atau dengan
melakukan bentuk syukur lainnya, maka nikmat diniyyah ini sendiri adalah
lebih baik dari nikmat duniawiyah tersebut dan nikmat diniyyah lebih
dicintai di sisi Allah. Karena Allah sangat mencintai orang yang rajin
menyanjung-Nya. Allah semakin ridho jika hamba diberi makan, lalu ia
memuji Allah atas nikmat tersebut, begitu pula ketika ia minum dan ia
pun memuji Allah. Dan pujian Allah terhadap nikmat dan bentuk pujian
mereka atas nikmat lebih dicintai oleh Allah dari harta mereka sendiri
(Lihat Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82-83).
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَأَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ
“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam
lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan” (Majmu’ Al
Fatawa, 11: 135).
Semoga kita menjadi hamba yang bersyukur.
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imron: 145).
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Mudah-mudahan kita dapat menyalurkan segala nikmat dalam
kebaikan, dengan mengakui dalam hati bahwa itu adalah nikmat dari Allah,
menyebut ‘alhamdulillah’ dalam lisan, dan menyalurkan nikmat tersebut
dalam ketaatan, bukan dalam maksiat.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
1 komentar:
Borgata Hotel Casino and Spa | Dr.MCD
Borgata Hotel 김천 출장샵 Casino 시흥 출장안마 and 천안 출장안마 Spa 동해 출장마사지 | 울산광역 출장마사지 Dr.MCD
Posting Komentar