yang Samawa, yang sejahtera dan bermanfaat untuk sesama. Sebenernya perencanaan keuangan ini bisa diterapkan semua pihak, termasuk yang belum berkeluarga (Menikah).
Karena menurut praktisi dan dosen di FEUI, juga pembicara Perencanaan Keuangan dalam forum parenting, mba Kikau (Kaukabus Syarqiah). Perencanaan Keuangan adalah hal yang sebenernya biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari- hari, Misalnya : Punya cita-cita pergi umroh dan haji, pengen kuliah lagi, pengen punya rumah, dll.Kita punya niat, kita nabung dan kita beli.
Perencanaan keuangan akhirnya memperjelas semua niat kita tersebut. dan kenapa jadi semakin perlu? Karena kita tereksposure oleh Inflasi. Nah kaitan nya dengan keluarga baru seperti saya ini, prinsip dasarnya adalah Ridho, ini menjadi prinsip dasar pembagian peran antara suami istri, Keridhoan.
karena pada dasarnya setiap keluarga punya mekanisme yang berbeda-beda dalam hal keuangan.
Namun ada pakem-pakem yang harus dipahami :
- Suami haruslah menafkahi istri, kecuali ada Term Condition Apply.
- Aset dan hutang suami istri, haruslah saling tau satu sama lain, kenapa? ini berkaitan dengan : a) Tujuan keuangan keluarga. b) Zakat. c) Waris.
- Catat mimpi jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Menikah artinya berkumpulnya 2 orang yang cara memandang uangnya bisa sangat berbeda, artinyaaa bisa menimbulkan percekcokan. Dan secara financial menyatukan bukan hanya menyatukan 2 kebutuhan, tetapi juga 2 keinginan, nah keinginan inilah yang akan mempengaruhi cashflow.
Sementara bagi sebuah keluarga, memiliki anak adalah sebuah anugerah. Maka perbesarlah kapasitas diri dan keuangan. Dan secara financial, memiliki anak berarti memiliki amanah yang membutuhkan Dana. bandingakan hidup kita dengan hidup anak kita kelak. Kita mungkin dulu berkompetisi dengan sesama orang Indonesia aja, 2015 ada MEA. Lalu ketika anak kita dewasa? Bayangkan kompetisinya akan seperti apa? Daaaan lagi-lagi ini butuh dana, bukan hanya membekali anak-anak kita dengan pengetahuan agama saja, tapi kita juga harus membekali anak-anak kita dengan ilmu pengetahuan secara umum, dengan life skill. Agar mereka mampu berkompetisi dalam mengarungi kehidupan dengan yang lain.
Jangan berkata banyak anak banyak rizki, klo kita tidak mencari rizki-Nya.
jangan berkata liat nanti aja, karena hidup yang Let It Flow akan seperti berada di dalam sebuah pertarungan tanpa perbekalan. Soal rizki itu memang kuasa Allah, tapi Manusia WAJIB mengusahakannya.
Yang punya Planning aja kadang gagal, apalagi yang gak punya planning!!
Sampe disitu aja udah buat yang ikutan forum diskusi seperti saya bergumam sendiri "bener juga yaa", nah kalo masih mau tau lagi ilmu Perencanaan Keuangan, baca juga tanya jawab di bawah ini :
Q : Kalau untuk pasangan muda, perencanaan apa saja yang harus diperhatikan? Kalau mau investasi, baiknya dalam bentuk apa selain properti?
A : Pasangan muda pertama kali kudu ngobrol, udah ngobrol belum? Ngobrol soal hutang, ngobrol soal aset, ngobrol soal amanah keuangan lain (Misal : Masih harus bantu adik dan Ortu)
inget, kita ketemu pasangan ketemu gede, dimana perilaku sudah terbentuk. Jadiii samakan pola dulu. Untuk unrusan investasi ntar dulu, masih jalan kaki.
Oya untuk investasi selain properti itu banyak bangeet, properti sendiri termasuk kategori aset aktif, bukan investasi untuk mencapai tujuan financial. Kita punya properti adalah agar properti menghasilkan uang untuk menutupi pengeluaran kita (aset aktif), nah kalo investasi untuk mencapai dana sampai dengan sekian tahun, misalnya mencukupi kebutuhan dana pendikan anak sampe SD.
Btw ingat selalu ini yaa, instrument keuangan haruslah yang melayani kita, bukan sebaliknya.
maka selalu balik, tujuannya apa? Karena instrument beragam bingiits, maka pilihlah tujuannya dulu, baru instrument nya.
Q : - Bagaimana idealnya, suami punya gaji, istri punya gaji?
- Yang disebut uang keluarga itu apakah 100% gaji suami + 1005 gaji istri? atau sekian % gaji suami + sekian % gaji istri, lalu sisanya milik masing-masing? atau ada rumusan lain?
A : Balik ke prinsip dasar soal Ridho, pengertian uang keluarga secara umum = 100% uang suami + 100% uang istri. Tapiiii, mekanisme tiap keluarga kan beda-beda, ada yang gaji istrinya full 100% buat istrinya aja, apalagi kalo gaji istrinya imut-imut dibanding gaji suaminya.
Ada yang 50% gaji istri buat keluarga, yang 50% buat pribadi.
Ada yang gaji istrinya 100% full buat keluarga, suaminya 0 (nol), bukan karena suami males menafkahi tapi karena suaminya baru bisnis. Ini sah-sah aja selama satu sama lain Ridho.
Maka rumusannya jadi hak temen-temen semua, yang penting satu sama lain Ridho.
Mba kikau pribadi menganut 100% uang istri + 100% uang suami, dengan pembagian tugas masing-masing. Suami bagian kebutuhan primer (makan, pendidikan, investasi, belanja bulanan, listrik air, dll). Istri sekunder (hangout keluarga, additional belanja bulanan, dll).
Q : - Kalo ada dana nganggur untuk 5 bulan kedepan, baiknya untuk investasi apa yaa? Misalnya kalo kita mau pake uang itu 2 tahun lagi gimana?
- Suami haruslah menafkahi istri, kecuali ada term condition apply, term condition aplly yang seperti apa yang dimaksud?
- Dahulukan mana suami membayar hutang-hutang orang tuanya atau memberi uang ke istri dengan kondisi suami istri bekerja?
- Kalau keluarga dengan hanya suami yang bekerja, pengatuiran keuangannya bagaimana?
A : - Kalo 5 bulan kedepan mah opsinya cuma 2 : Tabungan atau Deposito.Kalo 2 tahun pilihannya lebih beragam (bisa Deposito perpanjang terus, Reksadana penghasilan tetap, Emas LM)
- Term Condition misal : Kondisi fisik (disable) suami, kondisi kesehatan suami, dan kondisi bisnis suami.
- Ini kasuistik : sifat menafkahi istri itu wajib, membayar hutang juga wajib, maka kalo istrinya Ridho dan ada dana untuk nafkahin keluarga, silahkan saja ke ortu dulu.tapi kalo bisa nego ke ortu masalah waktu dan cicilan hutang yang gak terlalu besar, itu akan lebih baik. Jadi sama-sama adil, istri di nafkahi, sementara bayar hutang ortu juga lancar.
- Suami bekerja dan istri gak kerja, sama saja dengan yang dua-dua nya bekerja.
Pakem angka keuangan keluarga yang sehat biasanya begini :
Menabung dan Investasi 20% dari total pendapatan
Cicilan bulanan maksimal 30% dari total pendapatan,
dan biaya konsumsi sisanya 50% dari total pendapatan, komposisi 50% ini tentatif, tergantung keluarga ingin menghabiskan semuanya untuk konsumsi atau dialokasikan beberapa persen lagi untuk (hangout keluarga : Jalan2, makan diluar) persentasenya tergantung gaya hidup keluarga masing-masing.
Q : - Apakah ada bedanya keluarga yang berasal dari kalangan atas, menengah dan bawah?
- Bagaimana perencanaan keuangan di masing-masing kalangan?
- Bagaimana karakteristik keuangan keluarga menegah?
A : Bedanya biasanya gini :
Kalangangan bawah sulit bicara investasi karena masalah cashflow jadi masalah utama.
Kalangan menengah jaman sekarang sayangnya banyak yang gaya hidupnya bak kalangangan atas, dan minus aset. Masalah dalam mengatur cashflow yang sayangnya banyak yang terjebak untuk keperluan senang-senang.
kalangan atas justru kebingungan karena banyak dana yang idle.
tapi dari kalangan manapun kita, ada 1 prinsip yang sunatullah. UANG ITU PASTI BISA HABIS.
mau tajir melintir 7 turunan, kalo gak bisa kelola keuangan dengan baik, pasti bakalan habis juga tuh warisan nenek moyang. Maka tak jarang diantara kita yang hidupnya tajir dari jaman kakeknya, terus di jaman emak bapaknya mulai menurun ekonominya, nah giliran anaknya lebih anjlok lagi.
Q : Dana darurat (DD) dalam perencanaan keuangan harus dibangun sebesar 3-6 kali biaya hidup/bulan. Dengan besarnya dana darurat ini apakah bisa diganti dengan asuransi atau memang harus punya DD?
A : Tidak bisa asuransi diganti dengan DD yang cuma 3-6 bulan, bayangin masuk RS aja bisa berapa biayanya. Jadi kalo mau pake asuransi, aset lancarnya tabungan, deposito, emas dll harus banyak jumlahnya. Asuransi adalah ban serep atas semua tujuan keuangan, jadi kalo DD belum kekumpul banyak, asuransi deh yang bermain. Tapi kalo bicara tentang budget constraint, dahulukan DD.
Q : Saya pasangan muda, punya baby 5 bulan. Sudah ada rumah dan beberapa investasi di Reksadana, Emas(LM, Dinar) dan juga punya DD, ketika punya anak, pengen banget punya mobil. Boleh gak uang tabungan, DD tadi kita beliin mobil cash? Suami saya tipenya gak suka sekali beli barang dengan cara kredit, dilihat dari kebutuhan kami, kira-kira butuh berapa DD yang disisakan di tabungan, mengingat yang kerja hanya suami.
A : Mau beli mobil pke DD? Boleh kok, silahkan aja asal mobil jadi produktifitas hidup (Misal: jadi gak capek, uang transport berkurang, dll). Tapiii DD nya juga harus langsung diganti lagi, jd harus nabung lagi dan disisakan di tabungan dikit.
Q : Perlukah bikin asuransi untuk pendidikan anak?
Ketika anak baru satu, tabungan anak atau investasi yang lain, atau bahkan kuliah lagi?
A : Selalu seru bicara asuransi pendidikan anak, prinsipnya kalo asuransi pendidikan bisa nutup biaya sekolah mah silahkan aja. Tapii sampai saat ini kalo saya review produk rata-rata gak ada yang nutup dana pendidikan. Jadi gak perlu asuransi pendidikan anak hehehe.
Misal anak baru lahir 2014, biaya S1 80 juta, tau gak? Pas pas anak kita yang baru lahir itu S1, kira-kira 17 tahun kemudian si 80 juta itu jadi 957 jutaaa (Wow banget yaa). Inflasi pendidikan 2x lipat inflasi biasa.
Mending investasi langsung tanpa lewat premi asuransi.
Udah dulu yaa sharing tetang perencanaan keuangannya, sebenernya masih banyak banget tanya jawab yang belum di tulis disini, tapi karena kepanjangan dan diskusi diatas sudah mewakili kasus-kasus keuangan yang terjadi, jadi saya cukupi dulu sampai disitu... Semoga bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar